Jamur padi (jamur merang) |
Km. Sanggicu: Disaat musim hujan usai, kini musim panas
mulai menemani hari-hari kehidupan kita, biasanya aktifitas petani sangatlah
rutin dan sering terlihat dihamparan sawah mereka, namun sekarang jarang
terlihat kesibukan yang seakan memenuhi pandangan dihamparan sawah. Kini aktifitas
petani sudah mulai jarang yang dikarenakan hanya menunggu dan untuk mengontrol
perkembangan tanaman kedelai mereka, namun yang terlihat hanyalah Bolang (bocah-bocah
petualang) yang dengan gesitnya mengisi kesempatan mereka dengan berebutan
jamur yang tumbuh disisa-sisa jerami padi.
Usai waktu subuh dengan diselumti embun pagi yang seakan
menyatu bersama tulang akan dinginnya, banyak anak-anak bahkan orang dewasa dan
orang tua berebutan untuk menjelajahi sisa gundukan dan buntalan jerami padi
tanpa memikirkan adanya bahaya yang mengancam keselamatan dipagi-pagi buta
hanya untuk berburu jamur yang katanya untuk melengkapi lauk sarapan nanti dan
kadang selebihnya untuk dijual dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga
walau sedikit tapi ini sangatlah berate bagi mereka, apalagi anak-anak yang
berangkat sekolah sangatlah riang untuk mengongkosi keberangkatan mereka dikala
menuntut ilmu pendidikan.
Seperti yang dilakukan oleh anak yang sekarang duduk
dibangku kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, Sahrul itulah nama yang sering
disapa oleh teman dan kerabatnya, anak yang baru menginjak usia 13 tahun ini
yang terlahir dari pasangan keluarga petani yakni A. Rajak(40) dan Asmah(38)
tanpa mengenal lelah dan tidak keberatan untuk mencari jamur jerami setiap
paginya. Sudah lebih dari Dua minggu ini Sahrul yang bertempat tinggalkan
kelurahan Kandai Satu lingkungan Mada Kimbi Dompu ini rela bangun lebih awal
untuk mencari jamur, selain rasanya yang tergolong lezat, harganya juga tidak
diragukan. Inilah yang mebuat Sahrul semangat untuk lebih giat mencari jamur
tanpa meninggalkan sekolahnya.
Seperti yang ia jelaskan ketika dimintai keterangannya oleh
tim Sanggicu Dompu Sabtu (21/09) dirumahnya selain utnuk mencukupi kebuthan
lauk di saat sarapan sampai malam, ia juga menjual selebihnya, dan bnaynya juga
teman serta orang tua yang ikut serta untuk mencari jamur tersebut. “Banyak
juga teman-teman saya yang mencari jamur bahkan orang tua, kami sengaja bangun
lebih awal karena keterbatasan jamur yang memaksa kami untuk berebutan. Terkadang
lebih awal sampai di sawah dan juga sering telat, jamur ini biasanya oleh ibu
saya untuk mencukupi kebutuhan lauk kami untuk sarapan bahkan ada untuk sore
dan jika banyak yang didapat maka saya menjualnya ditetangga dan uangnya untuk .
Terkadang orang tua menegur untuk mencari jamur namun saya tetap akan
mencarinya karena musim jamur kurang dari sebulan” ujarnya
Setelah puas dengan Sahrul kamipun memintai keterangan pada
orang tuanya yang dikatakan menegur sahrul untuk mencari jamur tersebut
ternyata setelah dipintai keterangan pada Asmah selaku ibu dari Sahrul bahwa
benar ia menegur anak ke 3 dari 4 bersaudara ini karena ibu asmah sendiri takut
anaknya keasikan mencari jamur bersama teman-temannya dan melupakan sekolahnya.
“memang benar apa yang dikatakan sahrul tadi bahwa saya menegurnya untuk
mencari jamur, karena saya takut ia lupa dengan sekolahnya karena keasikan mencai
jamur dan kesiangan disawah” jelas ibu Asmah.
Banyak memang perbedaan criteria yang dimiliki oleh
anak-anak seumuran Sahrul, karena kebanyakan mereka tidak memperdulikan sekolah
mereka apalagi untuk berfikir untuk mencari lauk untuk setiap paginya. Sangatlah
patuh diacungi jempol terhadap anak yang memiliki pemikiran Sahrul yang kini
duduk di bangku kelas 1 SMP N 3 Dompu. Selain mengurangi beban keluarga yang
memaksakan mengeluarkan ongkos yang kesehariannya sebanyak Rp. 4 Ribu ia
sendiri dan belum untuk saudaranya yang kini duduk di bangku SMA. Dan mencukupi
kebutuhan lauk dalam waktu yang sudah berjalan setengah bulan ini, yang Sahrul
lakukan hanya untuk belajar kerja kerass, madiri dan tepat waktu untuk pergi
kesekolahnya. (Az & IW RED)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar