Kamis, 19 September 2013

Ngaha Kawiri Guna Tolak Bala Dan Tasakuran

KM. Sanggicu: Ngaha kawiri atau yang sering disebut dengan Makan Bubur merupakan tradisi yang sudah ada saat Dompu tempo dulu, yang dilakukan guna tasakuran, pesta kerajaan, tolak bala dan lain sebagainya dikala hari-harri besar kerajaan. namun tradisi ngaha kawiri di era baru seperti sekarang ini sudah jarang dilakukan, walaupun ada namun sedikit adanya rasa keterpaksaan untuk menolak bala dan tasakuran khusus yang memang sudah di nadzarkan.


 Kegiatan ngaha kawiri era sekarang ini sangatlah jauh berbeda dengan tradisi yang terdahulu yang memang sengaja dilakukan secara terbuka dan besar besaran. untuk sekarang ini tradisi ini hanya dilakukan oleh perorangan yang memang ingin menyelenggarakannya, seperti ada sebab musabaab dan alassan tertentu misalkan untuk membuang sial dan berharap untuk menjadi lebih baik dan sukses, hasil kerja ingin lebih baik, hasil panen meningkat, mendoakan anak serta keluarga sukses dan banyak lagi alasan yang mungkin bisa disebutkan dengan sedikit paksaan. 

Tradisi menyantap bubur ini sangat beda dengan menyantap makanan lain, karena selain waktu dan tempatnya harus disesuakan, namun juga alat untuk menyajikannya berbeda, biasanya dulu ketika melakukan permintaan saat pergantian musim agar didatangkan hujan, tradisi makan bubur ini dilakukan di masing-masing Mata Air, buburnya juga harus di tuang diatas daun pisan yang sebelumnya dialasi dengan Nyiru dan sendoknya menggunakan potongan daun rotan. yang menyantapnya biasanya lebih dari empat (4) orang untuk satu wadah, yang tujuannya agar adaa kedekatan dan keakraban serta terikat kuatnya tali persaudaraan.

Kini jarang sekali ditemukan tradisi Makan bubur seperti yang disebutkan diatas, karena dengan banyaknya tercipta alat yang lebih sederhana seperti piring plastik dan sendok yang otomatis mengurngi nilai tradisi yang sudah dilakukan sebelumnya. Adapun yang mengadakan makan bubur seperti yang dilakukan oleh keluarga ibu Saadiah M Hasan, Rabu pagi tadi (19/09), seperti yang diutarakan oleh ibu Saadiah(49) " sebenarnya acara ini saya lakukan ntuk keluarga saya sangat rutin setiap tahunnya bahkan ini dilakukan tiap bulan, selain saya membagi rezki (sedekah) dengan memakan bubur ketetangga dekat serta anak-anak, juga saya berharap kepada yang kuasa supaya tetap terjaganya kemakmuran keluarga dijauhi dari bala bencana, dan dimudahkan rezki" ujarnya. Beliau juga menambahkan "seusai mereka memakan bubur, mereka juga akan dibagikan sedikit rezki, yaitu dengan memberikan duit receh untuk mereka jajan dan sebagai penyemangat, ini diserahkan ketika keluar meninggalkan rumah" jelasnya. namun jrang sekali terlihat masyarakat lain yang melakukan hal tersebut seiring dengan majunya jaman. Sungguh disayangkan sekali, tradisi makan bubur yang sebenarnya membawa dampak baik untuk menjaga dan mempererat tali silaturahim di lupakan dengan begitu saja. tapi tergantung dengan keinginan dan dorongan hati masing-masing orang untuk melakukannya. (Iw RED)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar