KM. Sanggicu: Itulah sepotong lkalimat yang terlempar dari mulut petani
saat ini, faktanya memang benar karena cuaca sangat mempengaruhi penjualan dan
harga kedelai seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Minggu (20/10)Seperti yang dirasakan oleh keluarga petani
bapak Ahmad (49) yang beralamatkan kelurahan kandai satu Dompu ini. Bapak ahmad
sebelumnya memperkirakan panen kedelainya saat ini sebelum musim hujan tiba,
namun apa hendak dikata ternyata sebelum pencabutan kedelai miliknya dimulai
hujan sudah mengguyur sejak dua hari terakhir.
Tepatnya di saung milik bapak yasin tepatnya di so Mada
jampi, bapak Ahmad hanya bisa pasrah dengan perubahan cuaca sambil memandangi
kedelainya “kalo musim hujan sudah dimulai, maka harga kedelai bergantung dengan
cuaca, karena sebelumnya harga kedelai dikabarkan Rp 7.500 / kgnya, kini saya
sudah mendengar dengan jelas pada pembeli bahwa harga kedelai turun sampai Rp.
6.700 / Kg. jadi sudah tradisi kalau hujan turun maka harga kedelai maupun padi
ikut turun maka petani tidak perlu heran dengan kejadian yang seperti ini. ” Ujarnya
pak Ahmad sedikit menyesal
Tidak hanya bapak Ahmad yang menyesali atas pembeli yang
memainkan harga sesuai dengan permainan cuaca, hujan yang menguyur Dompu hampir
sepekan ini menjadi patokan penjualan serta perdagangan pertanian, yang
mengakibatkan fariasi harga penjualan kedelai yang lumayan beragam, namun
harapan petani sudah jelas sejak lama yaitu agar ikut serta menentukan pemasaran yang terjadi
ditingkat pertanian level pedesaan.
Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang pemain pasar yang
berinisial F.H bahwa pembeli hanya mematok dengan harga yang sudah disesuaikan
oleh bos mereka, karena rekan FH juga adalah orang suruhan “permainan harga
seperti keedelai ini kami tidak berani menentukan, karena sebagai pembeli yang
disuruh selayaknya anak buah, kami sudah memegang harga pasaran yang sebelumnya
ditentukan oleh Bos kami, seandainya kami mengambil dengan harga tinggi namun
kedelai yang diambil sudah terkena hujan, maka kami juga akan kena teguran. Dan
sebelumnya pemerintah sampai saat ini belum terlihat mengikut campuri urusan
biaya, karena hanya bos-bos kami yang menentukannya” ujar FH santai.
Setelah mendengarkan penjelasan dari para pembeli yang
demikina, para petani hanya bisa berpasrah dengan keadaan yang sebenarnya bahwa
pemerintah kurang ikut campur dengan penentuan harga ditingkat pertanian. (*Az)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar