Rabu, 03 Oktober 2012

Penjual Es Potong, Dengan Terik Terus Melangkahkan Kaki

gb. Mas Edy Penjual Es potong

Rabu (3/10) Dengan semangat serta rasa tanggung jawab yang begitu menggebu didalam jiwa seorang bapak yang sudah berumur 42 tahun, masih rela menabrak teriknya matahari mengelilingi hamparan sawah dengan bisikan angin yang terasa mendesah tak terasa dengan beban Es Potong yang dipikul dengan menggunakan bambu yang terbelah dengan rapi, demi menncukupi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anaknya, inilah keseharian pekerjaan Pak Edi biasa disapa oleh orang banyak, bapak beranak tiga asli Lombok Tengah, Praya. Dengan berbekalkan niat serta tawakal berharap sedikit rezki demi kelancaran pemasuannya sehari-hari.
Bapak Edi berjualan Es potong diDompu sudah 17 tahun demi kelancaran pendidikan ketiga anak-anaknya. Yang pertama bernama Lalu Edi Sudrajat Duduk Dibangku Perguruan Tinggi IKIP Mataram dengan jurusan Bahasa Inggris dan  kini sedang melakukan KKN ( Kuliah Kerja Nyata). Anaknya yang kedua duduk dibangku SMP kelas Dua sedangkan yang terakhir duduk dibangku Sekolah Dasar, merupakan kebanggaan tersendiri untuk seorang bapak yang bertanggung jawab seperti pak Edi, karena memang cita-citanya dahulu adalah menyekolahkan semua anaknya, anak kedua dan ketiga ikut tinggal diDompu beserta istrinya. Karena kesehariannya adalah berjualan Es Potong dengan dibantu oleh Istrinya yang membuat Espotong, pemasukan perhari yang sekitar Rp. 200 ribu jika laku semua dan cuacanya cerah, walau demikian bapak Edi  cukup semangat walau dengan umur yang terhitung Tua.
Seperti Kesan yang diucapkan untuk anak dan istrinya selasa(2/10) kemarin “untuk anak saya semoga sekolahnya lancar dan mendapatkan Nilai yang bagus, mereka tidak perlu tahu sepahit dan seburuk apa yang saya rasakan setiap harinya, asalkan mereka tetap bisa bersekolah, dan mencukupi kebutuhan keluarga untuk menafkahi anak beserta istri, cukup saya selaku orang tuanya yang merasakan pahitnya hidup karena tidak bersekolah dan saya tidak ingin anak saya merasakan hal yang sama seperti apa yang kami sebagai Orang tua rasakan. karena memang mungkin dengan kepahitan mencari yang telah dilakukan menghasilkan banyak gula untuk kedepan” ujarnya di sawah Om Din.
Sungguh sagat memprihatinkan karena memang tanggung jawab selaku tonggak keluarga, mengharus sang bapak untuk setia memikiul dagangannya Es Potong ditrengah hamparan sawah dengan terik matahari yang begitu terasa menyengat.

1 komentar :